Pembuatan Biogas dari kotoran sapi

Bantu Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Dosen UMM Ubah Kotoran Sapi Jadi Biogas 

SKETSAMALANG.COM – Kotoran sapi jika tidak di kelola dengan benar dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, baik tanah, air dan udara. Karena itu diperlukan suatu cara untuk mengatasi pencemaran (polusi) lingkungan yang disebabkan kotoran sapi.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tim dosen Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dibantu oleh dua mahasiswanya melakukan program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Peternak sapi perah Anjasmoro Agri Lestari Pujon, Kabupaten Malang. Mereka adalah Dr. Ir. Aris Winaya, M.Si, MM. IPU,  Dr. Ir. Herwintono, MS. dan Ali Mahmud, S.Pt. M.Pt.

Ali Mahmud menceritakan, di tempat tersebut terdapat 35 ekor sapi perah yang dikandangkan dalam kandang komunal serta beberapa kandang milik anggota kelompok ternak diwilayah binaan kelompok tersebut. Karenanya, apabila kotoran sapi yang dihasilkan tersebut tidak di kelola dengan benar tentu akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Air dapat terkontaminasi oleh bakteri coli (faecal coliform bacteria) yang banyak terdapat pada kotoran sapi. Selain itu, juga akan terjadi pencemaran udara yang disebabkan oleh gas amonia (NH4) hasil dari dekomposisi kotoran sapi.

“Sebab itu diperlukan suatu cara mengatasi pencemaran ini, salah satu solusinya yakni dengan mengubah kotoran sapi menjadi biogas,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Ali Mahmud, terjun langsung melakukan sosialisasi dan pembuatan biogas di daerah Kelompok Peternak sapi perah Anjasmoro Agri Lestari Pujon Kabupaten Malang. Foto: Ist
Ali Mahmud, terjun langsung melakukan sosialisasi dan pembuatan biogas di daerah Kelompok Peternak sapi perah Anjasmoro Agri Lestari Pujon Kabupaten Malang. Foto: Ist

Menurutnya, teknologi pembuatan biogas dengan bahan baku (substrat) kotoran sapi merupakan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang mudah diaplikasikan di lapangan dan sudah terbukti secara signifikan dapat menurunkan terjadinya pencemaran lingkungan. Bahkan dengan adanya biogas ini akan diperoleh keuntungan ganda (multiplier effect), yakni berupa biogas sebagai hasil utama, dan dari limbah produksi biogas ini akan dihasilkan pupuk organik/kompos yang siap pakai.

“Salah satu yang kita tekankan adalah perihal revitalisasi biogas dan optimalisasi filterisasi pada biogas, khususnya dikelompok Anjasmoro Agri Lestari yang sudah bertahun tahun menggunakan biogas dan merupakan keberkahan tersendiri dari pemeliharaan sapi perah yang telah dijalani selama ini,” ungkapnya.

Ali berharap dengan dilakukannya pengabdian Block grant dengan program-program kerja yang telah disusun dan dirancang seperti ini, diharapkan kelak akan dapat tercapai solusi yang baik. Timnya juga berharap revitalisasi dan optimalisasi filterisasi ini sebagai upaya meningkatkan kualitas lingkungan dan cemarannya.

“Dengan solusi ini diharapkan kualitas lingkungan menjadi baik, derajat kesehatan masyarakat meningkat, dan petani tetap dapat memelihara sapi sebagai usaha sampingan yang dapat menambah pendapatannya. Sehingga akan dicapai kondisi masyarakat yang sehat dan sejahtera,” pungkasnya.

Penulis

(Visited 164 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *