Biji Angkung siap panen. Foto: Agus N

Kaya Manfaat, Dosen FP UWG Budidayakan Tanaman Angkung

SKETSAMALANG.COM – Tanaman Angkung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tanaman yang memiliki khasiat bagi kesehatan. Bahkan tanaman dengan nama latin Basella alba ini digadang-gadang mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Sayangnya di Indonesia tanaman merambat ini belum cukup populer untuk dijadikan sebagai tanaman obat. Kebanyakan, tanaman ini justru hanya digunakan sebagai tanaman hias.

Karena itu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Widyagama (FP UWG) Malang, Prof. Dr. Ir. Sukamto, MS, mulai mengenalkan Angkung sebagai tanaman obat dengan cara membudidayakannya di rumahnya yang berlokasi di Jl. Ikan Lodan Kota Malang. Menurutnya, di Cina, tanaman Angkung sudah populer untuk tanaman herbal. Berdasarkan beberapa literatur, tanaman Angkung memiliki khasiat dapat menyembuhkan asam urat, menurunkan berat badan, mengobati stroke dan melawan sel kanker.

Prof. Dr. Ir. Sukamto, MS, menunjukkan biji Angkung yang telah dikeringkan. Foto: Agus N
Prof. Dr. Ir. Sukamto, MS, menunjukkan biji Angkung yang telah dikeringkan. Foto: Agus N

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk memperbanyak tanaman Angkung. Pertama adalah perbanyakan dengan menggunakan biji. Kemudian yang kedua perbanyakan dengan cara stek batang, yakni dengan memotong bagian batang tanaman untuk selanjutnya ditanam.

Dari kedua cara tersebut, Sukamto lebih memilih memperbanyak tanaman Angkung dengan menggunakan biji. Ia menilai, perbanyakan dengan cara ini lebih cepat daripasa dengan cara stek.

“Kami sudah mencoba beberapa kali antara menanam pakai stek batang dengan menanam pakai biji. Dan hasilnya yang paling cepat adalah dengan biji,” jelasnya.

Sedangkan untuk media tanam, Sukamto memilih menggunakan campuran kotoran cacing atau kascing dan sekam dengan perbandingan 4:1. Angkung baru akan tumbuh sekitar 7-14 hari setelah tanam.

“Memang agak lama pertumbuhannya. Jadi jangan kaget kalau tanamannya tidak tumbuh-tumbuh, bukan mati tapi memang agak lama tumbuhnya. Tapi kalau sudah tumbuh dan muncul 2-3 helai daun, maka pertumbuhan selanjutnya akan lebih cepat,” terangnya.

Tanaman Angkung yang dibudidayakan Prof. Dr. Ir. Sukamto, di rumahnya. Foto: Agus N

Pada usia 2,5-3 bulan, bunga sudah mulai muncul. Setelah usia 4 bulan, bijinya sudah mulai ada yang hitam dan bisa dipanen.

Sedangkan untuk hama yang kerap menyerang adalah hama kutu kebul. Kalau sudah begitu biasanya langsung potong saja bagian tanaman yang diserang hama.

“Kami menghindari penggunaan pestisida kimia. Karena saya lebih senang menggunakan organik total. Saya lebih memilih untuk dipotong agar bisa tumbuh lagi daripada disemprot memakai pestisida,” akunya.

Lebih lanjut disampaikan Sukamto, usia Angkung sebenarnya bisa bertahan hingga usia 2-3 tahun. Tapi biasanya kalau musim hujan tanpada ada atap diatasnya, biasanya sekitar 6 bulan tanaman sudah rusak. Tapi dengan menggunakan naungan atap, maka hujan tidak menjadi masalah.

“Intinya, media tanam tidak boleh terlalu kering atau terlalu basah. Kalau terlalu basah bisa menyebabkan busuk akar,” ucapnya.

“Satu tanaman dalam 1 bulan biasanya bisa menghasilkan 200 gram biji Angkung. Dan kalau biji Angkung ini dijual, dihargai 250 ribu rupiah per kilogram,” pungkasnya. (ANC)

Penulis

(Visited 3,517 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *