Dari Hobi, Febri Manfaatkan Limbah Kulit Kambing Jadi Wayang Mini

SKETSAMALANG.COM – Berangkat dari hobi menggambar dan kecintaan pada dunia pewayangan, di usianya yang masih muda Febri Aminanto (30) kini sukses menekuni usaha pembuatan wayang yang dirintisnya sejak 2011 hingga sekarang. Ditangan Febri, limbah kulit Kambing mampu dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan wayang kulit. 
Sedikit berbeda dengan wayang pada umumnya. Dari segi ukuran, wayang buatan Febri sengaja dibuat dalam ukuran yang lebih kecil. Hal ini dilakukan untuk memberikan harga yang terjangkau tapi tetap dengan kualitas yang terbaik.
“Ukuran wayang yang dibuat memang tidak terlalu besar dan lebih kecil. Tapi untuk kualitas, karena saya menggunakan kulit tentu kualitasnya lebih bagus daripada menggunakan kertas. Yang penting harganya bisa terjangkau oleh masyarakat,” terangnya.
Namun demikian, meskipun ukurannya lebih mini, Febri menjamin dari segi bentuk, wayang buatannya dibuat sesuai dengan pakem. Sedangkan untuk pewarnaan, sebagian memang kreasi tapi tidak terlalu merubah pakem.
Berbagai produk wayang kulit mini buatan Febri yang dibuat secara manual. Foto : Agus N
“Warnanya sebagian kreasi tapi sebagian lagi memang harus ada pakemnya seperti Bima dan Werkudoro. Sedangkan untuk warna kreasi biasanya jenis-jenis satria seperti Abimanyu, Bambang Irawan,” ujarnya.
Diakui Febri, untuk lebih mendalami dan mengetahui berbagai karakter dari masing-masing tokoh pewayangan termasuk cirinya. Ia tak segan datang ke perpustakaan kota Malang untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan pewayangan.
“Jadi selain bisa membuat wayang, saya juga harus paham tentang wayang. Karena kadang ada pembeli yang iseng mengetes pengetahuan saya tentang wayang,” akunya.
Lebih lanjut Disampaikan Febri, di rumahnya yang berlokasi di Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, dalam sekali produksi ia mampu membuat 10-12 wayang dalam kurun waktu tiga hari. Meskipun proses produksi dilakukan setiap hari, namun hingga saat ini Febri belum bisa memproduksi banyak karena proses pembuatannya masih dilakukan secara manual.
Febri Aminanto menunjukkan proses pewarnaan wayang kulit. Foto : Agus N

 

“Untuk kulit kambingnya diambil dari pengrajin terbang atau ketipung. Kabanyakan saya ambil limbah kulit kambing yang disana sudah tidak terpakai lagi,” ucapnya.
Terkait pemasaran, Febri mengaku dalam beberapa tahun terakhir ini biasanya sudah ada pelanggan tetap yang langsung mengambil ke rumahnya untuk dijual lagi. Selain itu, ia juga kerap menawarkan wayang buatannya pada saat ada acara pementasan wayang.
“Dulu sebelum pandemi kalau ada tontonan biasanya saya jualan disana. Sebelumnya saya juga pernah jualan di pasar Tugu seminggu sekali. Jadi Senin-Sabtu untuk produksi, kemudian Minggunya jualan di Pasar Tugu,” terangnya.
Harganya bervariasi kisaran 10-30 ribu tergantung ukuran. Ada wayang yang ukurannya 9 cm dalam bentuk gantungan kunci. Dan ada juga wayang dengan ukuran 25 cm yang biasanya dibuat pajangan atau juga bisa dimainkan.
“Saya juga membuat wayang mahar yang bisa dijadikan sebagai mahar dalam sebuah pernikahan. Ukuran wayang mahar sekitar 15 cm dan tokoh yang biasa dipakai adalah Rama dan Sinta,” sebutnya. (Agus N)

Penulis

(Visited 385 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *